Jawabnya TIDAK .. !!
Rukun Islam ada 5, satu di antaranya
shalat. Sedangkan dalam shalat ada 13 rukun dimulai Takbiratul Ihram
hingga Salam. Dalam shalat wajib 5 waktu, warga LDII juga melaksanakan 13 rukun yang diwajibkan.
Memang sedikit terjadi perbedaan dalam
shalat. Itu pun hanya “fur’iyyah” yang tidak perlu didiskusikan.Yakni,
mereka tidak “menzaharkan” membaca Bismillah, tetapi hanya “mensirkan”
serta tidak membaca doa qunut pada Shalat Shubuh, tetapi mereka tetap
mengangkat tangan ketika KH Zulfiqar Hajar memimpin doa usai taushiyah.
Dari perjalanan “Muhibbah Tabayyun” ke 2 Ponpes LDII di Ponpes Wali Barokah Kediri
dan Ponpes Gadingmangu di Jombang tidak terlihat sama sekali
penyimpangan dalam shalat. Santri-santriwati yang berjumlah 2.000an di
setiap Ponpes secara khusyu’ mengikuti setiap prosesing dalam shalat
tersebut. Bahkan, imam dalam shalat tersebut hafiz Alquran lulusan
Mekkah (Arab Saudi).
Ada keistimewaan kedua Ponpes itu yang (mungkin) tidak dipunyai Ponpes-ponpes milik Ormas Islam
lainnya. Yakni, para santri-santriwati membaca Alquran setelah shalat
sunnah (rawatib) pada setiap shalat wajib hingga muazzin mengumandangkan
qomat.
Selain itu, mereka setiap malam
melaksanakan “Shalat Malam” (Shalat Tahajjud) dimulai pukul 02.00-03.00
WIB serta senantiasa mengucapkan “Shallallahu alaihi wasallam” ketika
pentaushiyah mengajak bershalawat kepada Rasulullah SAW.
Dalam bidang kebersihan, seharusnya umat
Islam mau belajar dengan LDII. Sebab, LDII benar-benar mengamalkan
Hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “ “Annazhofatu minal iman”
(kebersihan itu bagian dari iman).
Rombongan ulama termasuk wartawan Skala
menyaksikan secara langsung, bagaimana kebersihan itu harus senantiasa
dijaga. Tidak saja kamar tidur yang bersih dan teratur, bahkan kamar
mandi juga sangat bersih dengan nenyediakan sandal/selop serta ada
“batasan suci”, sehingga sandal/selop tidak boleh berada di tempat
“batasan suci” serta lantai dalam dan luar setiap gedung senantiasa
tetap bersih.
Satu hal sangat mengagumkan, usai shalat
wajib, rombongan ulama menyaksikan sepatu dan sandal/selop tersusun
rapi di anak tangga masjid dalam posisi siap pakai.
Begitu juga kebersihan anak dan pegangan
tangga serta lantai yang berada di menara agung Masjid Baitul A’la di
Ponpes Wali Barokah Kediri setinggi 99 meter atau 23 lantai (Asmaul
Husna) yang di kubahnya terdapat 60 Kg emas murni sangat bersih. Ini
terbukti tidak berdebu. Begitu juga lantainya, sehingga rombongan ulama
Medan yang naik hingga ke puncak menara tidak merasakan adanya kotoran
di tangan dan kaki, karena rombongan hanya “berkaki ayam”.
Selain senantiasa menjaga kebersihan, warga LDII
juga sangat disiplin, rukun, kompak dan sangat memuliakan tamu yang
berkunjung dengan memberikan fasilitas sangat memadai. Mereka
benar-benar mengamalkan Hadits Rasulullah SAW yang maknanya
:”Siapa-siapa yang berman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah
dia memuliakan tamu”.
Jadi, tidak mengherankan tetamu datang
dari berbagai penjuru nusantara. Tidak saja dari seputaran Pulau Jawa
saja, tetapi juga dari pula-pulau lain beragam provinsi da
kabupaten/kota datang “bertabayyun” ke dua Ponpes LDII itu.
Dalam pengajaran, para santri-santriwati
tidak “alergi” dengan pentaushiyah dari luar LDII. Seperti taushiyah
disampaikan KH Amiruddin MS dan Drs H Amhar Nasution MA usai Shalat
Shubuh dan Zuhur. Ini artinya, warga LDII sudah bersifat terbuka tidak
eksklusif sebagaimana yang terjadi pada paradigma lama. Namun, dengan
paradigma baru, mereka lebih terbuka lagi kepada masyarakat umum.
Paradigma baru ini bukan dalam
perbaharuan akidah. Mereka tetap mengakui Allah sebagai Tuhan Yang
Mahaesa dan Nabi Muhammad bin Abdullah SAW sebagai Rasul dan utusan
Allah, berpegang teguh kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW (Hadits)
serta patuh kepada pemimpin dan ulama.
Dalam bidang sosial-kemasyarakatan, baik
sebagai tuan rumah maupun peserta, warga LDII ikut aktif. Seperti
kegiatan-kegiatan ilmiah dan keagamaan semisal MTQ dan berbagai
pelatihan kepemimpinan serta kegiatan lain berupa khitanan massal,
penghijauan dan gotong-royong. (HA Ramadhan)
TAUSHIYAH: Ribuan santri-santriwati
Ponpes Wali Barokah LDII Kediri terlihat serius dan khusyu’ mendengarkan
tauhsiyah Buya KH Amiruddin MS usai Shalat Subuh di Masjid Baitul A’la
Ponpes itu, Selasa (14/6). (Foto: Skala/Ramadhan)
ASMAUL HUSNA: Menara Masjid Baitul A’la
Ponpes Wali Barokah Kediri mendapatkan julukan menara “Asmaul Husna”,
karena berketinggian 99 M dengan 23 lantai. (Foto: Skala/Ramadhan)